Bahasa Mongondow adalah
bahasa lisan asli etnis Mongondow, salah satu dari 4 etnis besar
di semenanjung utara pulau Sulawesi. Bahasa Mongondow merupakan anggota
sub-kelompok bahasa Gorontalic-Mongondoic, dalam kelompok bahasa Filipina
Tengah dan Sekitar (Greater Central Philippines (GCPh)) , dalam rumpun
Borneo-Filipina, keluarga bahasa Austronesia.
Bahasa-bahasa dengan jumlah
penutur besar yang berkerabat dekat dengan bahasa Mongondow antara lain: bahasa Gorontalo dalam sub-kelompok
Gorontalic-Mongondoic, serta bahasa Tagalog (Filipino), bahasa Cebuano, bahasa Bikolano, bahasaMaranao, dan bahasa Tausug dalam kelompok GCPh.
Credit: Jason Lobel 2013
|
Bahasa Mongondow merupakan
bahasa dengan jumlah penutur peringkat ke-10 terbanyak di pulau Sulawesi.
Bahasa Mongondow (9b)
merupakan bahasa dengan jumlah penutur peringkat ke-10 terbanyak di pulau
Sulawesi. Credit: Robert Blust 2013.
|
Status dan
Vitalitas
Bahasa Mongondow utamanya
dituturkan oleh etnis Mongondow, penduduk asli yang tersebar di daerah bekas
Swapraja Bola’ang-Mongondow. Bahasa Mongondow juga dituturkan sebagai bahasa
kedua dan ketiga bagi etnis minoritas Lolak, Mokapog, Bintauna, dan Bolango. Menurut Ethnologue.com pada tahun 2000 diperkirakan bahasa Mongondow
memiliki jumlah penutur sekitar 230.000 jiwa.
Dalam Skala EGIDS bahasa
Mongondow berada dalam skala 7 “shifting”, karena penggunaannya sebagai
bahasa utama etnis Mongondow hampir sepenuhnya tergeser oleh Bahasa MelayuManado. Bahasa ini sebagian besar tidak lagi diajarkan kepada anak-anak suku
Mongondow sebagai bahasa ibu.
Dialek
Usup (1986) mengidentifikasi 2 kelompok besar dialek bahasa Mongondow yaitu:
Usup (1986) mengidentifikasi 2 kelompok besar dialek bahasa Mongondow yaitu:
1.
dialek Passi,
dituturkan di lipu-lipu' di sekitar bukit Passi sebelah utara
dataran Mongondow antara lain: Passi, Wangga, Bintau’, Otam, Bilalang,
Pontodon, Biga’, Moyag, Mongkonai, dll.; dan
2.
dialek Lolayan,
dituturkan di lipu-lipu' di dataran Mongondow bagian selatan
serta lembah Dumoga antara lain: Lolayan, Tabang, Kopandakan, Motoboi (Besar
dan Kecil), Poyowa (Besar dan Kecil), Kobo (Besar dan Kecil), Matali, Dumoga,
dll.
Lipu' totabuan yang didirikan di
pesisir oleh komunitas Mongondow dari pedalaman mewarisi dialek lipu' asalnya
di pedalaman. Antara lain:
Dialek Passi: Poigar dari Passi;
Nonapan dari Otam; Tombolikat dari Biga’; Motongkad dari Moyag; dll.
Dialek Lolayan: Tobayagan dari Tabang;
Buyat dari Kopandakan; Alot dari Motoboi; Nuangan dari Poyowa Besar; Pinolosian
dari Poyowa Kecil; Molobog dari Kobo; dll.
Fonologi
Bunyi Vokal
Bunyi vokal dalam bahasa
Mongondow mirip dengan dalam bahasa Indonesia, kecuali bahwa dalam kata
bahasa Mongondow tidak diketemukan bunyi /ə/.
Makhraj
|
Depan
|
Tengah
|
Belakang
|
Tinggi
|
i
|
u
|
|
Tengah
|
e
|
o
|
|
Rendah
|
a
|
Bunyi Konsonan
Bunyi konsonan dalam bahasa Mongondow mirip dengan dalam bahasa Indonesia kecuali bunyi /l/ yang dilafalkan dengan 2 macam cara, yakni lateral-alveolar (biasa) dan retrofleks, yaitu /l/ yang dibunyikan dengan cara melipat lidah ke belakang.
Bunyi konsonan dalam bahasa Mongondow mirip dengan dalam bahasa Indonesia kecuali bunyi /l/ yang dilafalkan dengan 2 macam cara, yakni lateral-alveolar (biasa) dan retrofleks, yaitu /l/ yang dibunyikan dengan cara melipat lidah ke belakang.
Cara/Makhraj
|
Labial
|
Alveolar
|
Palatal
|
Velar
|
Glottal
|
Letup nirsuara
|
p
|
t
|
c*
|
k
|
ˀ
|
Letup bersuara
|
b
|
d
|
j
|
g
|
|
Desis
|
s
|
h
|
|||
Sengau
|
m
|
n
|
ɲ*
|
ŋ
|
|
Kepak
|
l / ḷ
|
||||
Getar
|
r
|
||||
Luncur / Semivokal
|
w
|
y
|
*Bunyi /c/ dan /ɲ/ hanya
ditemukan dalam kata-kata adopsi dari bahasa lain.
Pola Suku Kata
(Silabe)
Tipikal suku kata bahasa Mongondow terdiri dari konsonan + vokal (KV) atau vokal saja tanpa konsonan pendahulu (V).
Tipikal suku kata bahasa Mongondow terdiri dari konsonan + vokal (KV) atau vokal saja tanpa konsonan pendahulu (V).
Namun terdapat satu
pengecualian, yaitu dalam kosa kata bahasa Mongondow tidak boleh terdapat bunyi
/ti/, maka dari itu segala proses morfologis reguler yang dapat menghasilkan
bunyi /ti/ (mis.: t + <in>) dialihkan sehingga menghasilkan bunyi /si/.
Suku kata terakhir umumnya ditutup dengan bunyi konsonan kecuali /c/, /j/, /h/, dan /ɲ/ (-KVK).
Suku kata awal dan tengah
tidak boleh ditutup konsonan agar tidak membentuk klaster konsonan (-KK-) di
tengah kata, kecuali bunyi sengau homorganik sebagaimana yang diterangkan di
bawah.
Klaster konsonan (-KK-) tidak boleh terjadi di tengah kata, kecuali 7 macam klaster sengau homorganik letup/desis, yaitu: /-mp-/, /-mb-/, /-nt-/, /-ns-/, /-nd-/, /-ngk-/, dan /-ngg-/. (-N-K-)
Sehingga dapat dirumuskan tipikal pola bunyi kata bahasa Mongondow ialah:
(K)V(N)-(K)V(K)
Alternasi Lafal
Beberapa kata dalam bahasa Mongondow yang mengandung bunyi atau klaster bunyi tertentu dapat dilafalkan dengan dua atau lebih cara. Bunyi/klaster tersebut antara lain:
Beberapa kata dalam bahasa Mongondow yang mengandung bunyi atau klaster bunyi tertentu dapat dilafalkan dengan dua atau lebih cara. Bunyi/klaster tersebut antara lain:
r = y
Contoh: mopira = mopiya
= mopia, mo'ora' = mo'oya'
yi = i
Contoh: yimitak = imitak, moyintok = mointok
t = s (dalam imbuhan atau ulangan atas kata dasar berawalan si- saja)
Contoh: tosimpat = sosimpat
-ay- = -e-
Contoh: maya' = mea', tayak = teak
-oy+on = -e+an
Contoh: patoyon = patean
d = j
Contoh: dia' = jia'
Perlu diketahui bahwa
fenomena alternasi lafal ini hanya khusus untuk kosa kata asli Mongondow,
sehingga tidak berlaku untuk kata hasil adopsi dari bahasa lain.
Tata Bahasa
Bahasa Mongondow merupakan bahasa aglutinatif yang mengandalkan pengimbuhan (awalan, sisipan, akhiran, gabungan) dan pengulangan (kata dasar atau suku kata dasar) dalam memodifikasi kata.
Bahasa Mongondow merupakan bahasa aglutinatif yang mengandalkan pengimbuhan (awalan, sisipan, akhiran, gabungan) dan pengulangan (kata dasar atau suku kata dasar) dalam memodifikasi kata.
Kelas kata berdasarkan
ciri-ciri “perilakunya” dalam kalimat, dapat dibagi menjadi lima (5) kelompok,
yakni:
Nomina (Kata Benda), dapat dibagi:
Pronomina
Kata Benda Personal
Kata Benda Umum
Kata Tunjuk
Satuan
Verba (Kata Kerja)
Ajektiva (Kata Sifat)
Numera (Bilangan)
Bilangan (1-~)
Kuantifer
Adverbia (Kata Bantu), dapat dibagi:
Kata Bantu Umum
Artikula dan Kata Depan
Partikel Enklitika
Kata Sambung
Kata Hubung
Kosa kata dalam tiga kelas
pertama (Nomina, Verba, dan Ajektiva) sesungguhnya memiliki batas yang kabur,
terutama kosa kata yang terbentuk dari proses pengimbuhan dan pengulangan,
dapat digunakan secara luwes antar ketiga kelas. Penulis pribadi menduga bahwa
Verba dan Ajektiva sesungguhnya dahulu (pada stage moyang bahasa
Mongondow (PGM, Pra-PGM, PGCPh, dst.)) merupakan Nomina berperilaku khusus.
Namun lambat laun memiliki ciri-ciri perilaku sendiri meski masih
mempertahankan kesamaan bentuknya antar-kelas.
Pronomina (Kata
Ganti)
Pronomina bahasa Mongondow memiliki bentuk pembeda untuk jumlah Tunggal (Singular), Jamak Umum (Plural), Jamak Dua (Dual), Jamak Tiga (Trial), dan Jamak Berbilang di atas Tiga (Paucal).
Masing-masing Pronomina memiliki tiga bentuk yang berubah sesuai fungsinya dalam kalimat (sesuai model Philippine-type Alignment) yaitu:
Pronomina bahasa Mongondow memiliki bentuk pembeda untuk jumlah Tunggal (Singular), Jamak Umum (Plural), Jamak Dua (Dual), Jamak Tiga (Trial), dan Jamak Berbilang di atas Tiga (Paucal).
Masing-masing Pronomina memiliki tiga bentuk yang berubah sesuai fungsinya dalam kalimat (sesuai model Philippine-type Alignment) yaitu:
- bentuk Nominatif,
- bentuk Ergatif-Genitif, dan
- bentuk Datif atau Oblik.
Bentuk Ergatif-Genitif
berperilaku seperti Partikel Enklitika, sedangkan bentuk Datif atau Oblik
umumnya didahului oleh kata sandang ko "ke, kepada,
pada"
Berikut daftar Pronomina bahasa Mongondow:
Berikut daftar Pronomina bahasa Mongondow:
Nominatif
|
Ergatif-Genitif
|
Datif/Oblik
|
Bahasa Indonesia
|
- Singular
|
|||
aku'oy
|
-ku
|
inako'
|
aku, saya
|
ikow
|
-mu
|
inimu
|
kau, kamu, Anda
|
sia
|
-(n)ea
|
inia
|
dia
|
- Plural
|
|||
kami
|
-nami
|
inami
|
kami
|
kita
|
-naton
|
inaton
|
kita
|
moikow
|
-monimu
|
imonimu
|
kalian
|
mosia
|
-monia
|
imonia
|
mereka
|
- Dual
|
|||
kaminda
|
-naminda
|
inaminda
|
kami berdua
|
kitada
|
-natonda
|
inatonda
|
kita berdua
|
kamunda
|
-namunda
|
inamunda
|
kalian berdua
|
taradua
|
-naradua
|
inaradua
|
mereka berdua
|
- Trial
|
|||
kamintolu
|
-namintolu
|
inamintolu
|
kami bertiga
|
kitantolu
|
-natontolu
|
inatontolu
|
kita bertiga
|
kamuntolu
|
-namuntolu
|
inamuntolu
|
kalian bertiga
|
tara tolu
|
-nara tolu
|
inara tolu
|
mereka bertiga
|
- Paucal (4 -
~)
|
|||
kami X
|
-nami X
|
inami X
|
kami berX
|
kita X
|
-naton X
|
inaton X
|
kita berX
|
kamu X
|
-namu X
|
inamu X
|
kalian berX
|
tara X
|
-nara X
|
inara X
|
mereka berX
|
Untuk kesopanan atau
penghormatan kepada orang lain, kata yang merujuk pada orang kedua (ikow,
moikow, kamunda, dsb) atau orang ketiga (sia, mosia, taradua, dsb.)
biasanya diganti dengan Nomina Persona untuk menyebut yang bersangkutan.
Nomina (Kata
Benda)
Nomina umumnya tidak ditandai untuk pembedaan gender & jumlah.
Nomina umumnya tidak ditandai untuk pembedaan gender & jumlah.
Namun untuk menyatakan jumlah
jamak Nomina dapat disiratkan dari konteks, atau disimpulkan dari imbuhan Verba,
imbuhan Ajektiva, penggunaan Numera (bilangan), kuantifer, pengulangan kata
(dwilingga), pengulangan suku kata (dwipurwa), dll.
Terdapat tiga macam Kasus
Nomina (Case) dalam bahasa Mongondow. Kasus ditandai dengan penggunaan kata
sandang tertentu di depan Nomina. Berdasarkan hal ini, Nomina dapat dibagi
menjadi dua kelompok:
Nomina Persona
Yaitu nama panggilan orang
(atau hewan), istilah kekeluargaan/kekerabatan, gelar jabatan/sosial, &
julukan. Ciri-cirinya yakni menggunakan set kata sandang:
ki
|
NOM.name.SG
|
ki Uyo “si Uyo”
|
i
|
GEN.name.SG
|
i Uyo “oleh/milik Uyo”
|
koi
|
OBL.name.SG
|
koi Uyo “kepada/terhadap Uyo”
|
tai
|
NOM.name.PL
|
tai Uyo “si Uyo dkk.”
|
nai
|
GEN.name.PL
|
nai Uyo “oleh/milik Uyo dkk.”
|
konai
|
OBL.name.PL
|
konai Uyo “kepada/terhadap Uyo
dkk.”
|
Nomina Umum
Yaitu nama segala macam hal
yang tidak termasuk Nomina Persona. Ciri-cirinya didahului oleh kata
sandang:
<tidak ada>
|
NOM
|
intaw “orang”
|
in*
|
GEN
|
baloy in
intaw “rumah
(milik) orang”
|
kon*
|
OBL
|
kon intaw “kepada/terhadap
(sese)orang”
|
*bunyi /n/ dapat berupa [m]
bila mendahului /p, b/, berupa [ŋ] bila mendahului /k, g/, dan raib bila mendahului /m, ŋ, l, r, w, y/).
Sub-kelompok dari Nomina
Umum yakni Kata Tunjuk. Selain memiliki ciri Nomina, Kata Tunjuk juga memiliki
ciri Ajektiva. Kata tunjuk dapat dibedakan berdasarkan tiga jarak:
Dekat dengan orang
pertama (Proximal)
|
Nom: na’a, in na’a,
kon na’a.
Adj: (in)ta na’a, nana’a
|
Dekat dengan orang kedua
(Medial)
|
Nom: nion, in nion,
kon nion.
Adj: (in)ta nion, ten….,
nanion
|
Jauh dari orang pertama
dan kedua (Distal)
|
Nom: tua, in tua, kon
tua(-ta).
Adj: (in)ta tua, (in)ta
tota, na’tua
|
Selain Nomina yang bukan
dari proses pengimbuhan, banyak juga Nomina yang dibentuk dari proses pengimbuhan
dan/atau pengulangan atas Akar Nomina, Akar Verba, Akar Ajektiva, bahkan dari
Akar Numera. Contoh:
adi’ “anak” > mongoadi’
“anak-anak”
ka’an “makan” > ka’anon
“makanan, sesuatu yang akan/sering dimakan”
guyang “tua” > mogoguyang
“leluhur”
tobatu’ “satu” > tumongobatu’
“bersatu”
Verba (Kata
Kerja)
Verba ada yang berupa Akar
Verba tanpa imbuhan atau pengulangan, dan ada juga yang berasal dari proses pengimbuhan
dan pengulangan.
Akar Verba yang tidak
diimbuh digunakan untuk fungsi Imperatif (memerintah, meminta).
Verba yang diimbuh dapat digunakan
untuk fungsi Deklaratif (pernyataan), Interogatif (pertanyaan), atau Imperatif.
Suatu imbuhan Verba memuat sekurang-kurangnya
tiga informasi grammatikal:
Aspek Verba*;
Moda Verba; dan
Jenis Picu/Fokus Kalimat (terkait Philippine-type Voice).
Beberapa imbuhan juga
memuat informasi seperti: Kejamakan
Subjek kalimat; Kejamakan Agens
kalimat;dll.
*Aspek Verba dalam beberapa
karya tata bahasa Mongondow terdahulu, sering keliru dianggap sebagai Kala
Verba (tenses)
Contoh: imbuhan pembentuk Verba
antara lain: poG-, pinoG-, moG-, noG-, mopo-, nopo-, moro-
noro-, dsb.
Verba dan Akar Verba juga
dapat mengalami proses pengulangan baik dwilingga atau pun dwipurwa.
Pengulangan dwipurwa,
umumnya mengubah Akar Verba menjadi Nomina yang terkait dengan makna Verba.
Contoh: simpat “sapu lah!” > sosimpat “(alat) sapu”.
Pengulangan dwilingga,
umumnya menambah informasi mengenai intensitas atau frekuensi perbuatan yang
diwakili Verba. Contoh: monimpat “menyapu” > monimpa-nimpat “menyapu
terus”.
Ajektiva (Kata
Sifat)
Ajektiva dapat juga
dipandang sebagai Verba Statif (yakni Verba yang menunjukkan keadaan ketimbang
kegiatan) karena saking miripnya perilaku Verba dengan Ajektiva, antara lain:
Akar Ajektiva umumnya diimbuh
dengan imbuhan yang memuat informasi grammatika berupa:
Aspek, Moda, serta Jenis
Picu/Fokus Kalimat. Serta dapat memuat informasi tambahan berupa Kejamakan Subjek
atau fungsi Intensitas.
Contoh: imbuhan pembentuk Ajektiva
antara lain: ko-, kino-, mo- (dari *k(um)o-), no- (dari
*k(in)o-), moko-, noko-, mo’i, no’i, mongo-, kongo-, dsb.
Akar Ajektiva juga dapat
mengalami pengulangan baik dwipurwa maupun dwilingga.
Bedanya Ajektiva kerap digunakan
sebagai Penerang (modifier) dalam Frasa Nomina atau pun Frasa Verba. Sedangkan
Verba jarang digunakan sebagai Penerang, melainkan umumnya menjadi yang
Diterangkan (head) dari sebuah Frasa Verba bahkan Verba berimbuhan tertentu
dapat mengambil posisi Nomina sebagai Diterangkan (head) dalam suatu
Frasa Nomina.
Numera
(Bilangan)
Angka
|
Bilangan Cacah
(satu (buah) dst.)
|
Bilangan Urut
(pertama dst.)
|
Bilangan Kali
(satu kali dst.)
|
Bilangan Kelipatan
(satu per satu dst.)
|
1
|
tobatu'
|
inta’
|
komintan
|
totobatu’
|
2
|
deowa, doyowa, dewa
|
indua
|
kodua
|
tododewa
|
3
|
tolu
|
intolu
|
kotolu
|
tototolu
|
4
|
opat
|
inggopat
|
kogopat
|
togogopat
|
5
|
lima
|
ilima
|
kolima
|
tololima
|
6
|
onom
|
inggonom
|
kogonom
|
togogonom
|
7
|
pitu
|
impitu
|
kopitu
|
topopitu
|
8
|
walu
|
iwalu
|
kowalu
|
towowalu
|
9
|
siow
|
insiow
|
kosiow
|
tososiow
|
10
|
mopulu'
|
impulu’
|
kopulu’
|
topopulu’
|
11
|
mopulu' bo mita'
|
impulu’ bo mita’
|
kopulu’ bo mita’
|
topopulu’ bo mita’
|
12
|
mopulu' bo deowa
|
impulu’ bo dewa
|
kopulu’ bo dewa
|
topopulu’ bo dewa
|
20
|
dewa no pulu’
|
indua no pulu’
|
kodua no pulu’
|
tododewa no pulu’
|
50
|
lima no pulu’
|
ilima no pulu’
|
kolima no pulu’
|
tololima no pulu’
|
100
|
togatut
|
inggatut
|
kogatut
|
togogatut
|
500
|
lima no gatut
|
ilima no gatut
|
kolima no gatut
|
tololima no gatut
|
1.000
|
toribu
|
iribu
|
koribu
|
tororibu
|
5.000
|
lima no ribu
|
ilima no ribu
|
kolima no ribu
|
tololima no ribu
|
7.500
|
pitu no ribu bo lima no gatut
|
impitu… dst.
|
kopitu… dst.
|
topopitu… dst.
|
10.000
|
toraban
|
iraban
|
koraban
|
tororaban
|
100.000
|
tomaliong
|
imaliong
|
komaliong
|
tomomaliong
|
1.000.000
|
tojuta
|
injuta
|
kojuta
|
totojuta
|
10.000.000
|
mopulu' no juta
|
impulu’ no juta
|
kopuulu’ no juta
|
topopulu’ no juta
|
Satuan
Satuan digunakan mengikuti Numera dengan ligatur penghubung no atau -ngo (khusus untuk angka satu pada posisi digit satuan).
Satuan digunakan mengikuti Numera dengan ligatur penghubung no atau -ngo (khusus untuk angka satu pada posisi digit satuan).
- batu' “-buah”
- batol “-buah, -biji”
- pongko' “-potong”
- putol “-penggal”
- pata' “-helai”
- botak “-belahan”
- simpal “-pasang”
- singgay “-hari”
- gobii “-malam”
- dsb.
Contoh:
tolu no putol,
lima no singgay,
tongo gobii,
mopulu’ bo tongo batol
tolu no putol,
lima no singgay,
tongo gobii,
mopulu’ bo tongo batol
Kata Bantu Umum
Kata Bantu berfungsi
sebagai Penerang (modifier) baik dalam Frasa Verba/Ajektiva/Nomina/Numera.
Kata bantu menerangkan:
1. Tempat / Deiktik,
2. Waktu dan Aspek Waktu,
3. Cara (manner),
4. Negasi,
5. Moda,
6. dll.
Partikel
Enklitika
Partikel enklitika adalah
sejenis kata bantu yang “melekati” kata pertama dalam sebuah frase yang diterangkannya.
Contoh: enklitika -pa >
frase: monga’an-pa “masih
makan”
frase: koyogot-pa monga’an
“masih sedang makan”
Berikut beberapa contoh enklitika
diurutkan sesuai kemunculannya jika dua di antaranya muncul berbarengan dalam satu
frase:
-ka “kah, pun”
-pa “masih, dulu”
-bi’ “lah”
-don “saja, sudah”
-mai -mangoy “kemari”
-makow “kesana”
-doman “juga”
Dalam suatu frase
dimungkinkan penggunaan dua enklitika sekaligus. Pada urutan di atas, enklitika
yang lebih atas muncul lebih kiri dari yang lebih bawah. Contoh:
-kapa, -kadon,
-kabi’, -bidon, -do(n)mai, -bi’doman, -pabi’, dst.
Konjungtor (Kata Hubung & Kata Sambung)
- bo "dan, lalu, kemudian"
- andeka "atau"
- mongo "apakah, bahwa"
- ta "yang"
- ta' "tapi"
- yo "maka"
- da' "jadi..."
- aka "jika, bila, apabila"
- sin "sebab, karena"
- ba', simba' "supaya, agar"
- bain "ketika, nanti, apabila"
- umpa, umpaka, paka "umpama, meskipun, walaupun,
biarpun"
Kata Tanya
ine "siapa" (Nomina Personal)
|
ki ine? “siapa?”
i ine? “oleh/milik siapa?”
koi ine? “kepada siapa?”
|
onu "apa" (Nomina Umum)
|
onu? “apa?”
in onu? “oleh apa? apanya?”
kon onu? “pada apa? atas apa?”
|
onda "mana"
|
onda? “mana”
kon onda? “di mana?”
maya’ in onda? “mau pergi kemana?”
inta onda? “yang mana?”
na’onda? “bagaimana?”
|
to'onu "kapan"
|
|
tongonu "berapa"
|
|
onu "apa" (sbg Akar Verba)
|
mongonu? "mau apa? ngapain?
mengapa?"
nongonu "kenapa? ada apa?"
onuon? "diapakan?"
inonu-mu? “kau apakan?”
pongonu? "untuk apa?"
pongonuan? "untuk diapakan?"
|
Frase dan Kalimat
Pola Frase
Frase Nomina dan Frase Numera cenderung berpola Diterangkan-Menerangkan.
Misalnya:
ki adi’ mointok inta na’a “Anak kecil (yang) ini” Nomina+Penerang+K.Tunjuk
tolu no gobii “tiga malam”
Sebaliknya, Frase Verba dan Frase Ajektiva cenderung berpola Menerangkan-Diterangkan.
Misalnya:
aindon minaya’ “sudah pergi”
dongka’ topilik “tinggal sedikit”
Empat pola frase sebagaimana di atas berlaku regular kecuali ketika
terdapat Partikel Enklitika di dalam frase. Enklitika akan selalu “mengekori” kata
pertama dalam frase.
Pola Kalimat
Kalimat afirmatif memiliki struktur dasar:
Predikat + Subjek atau Subjek + Predikat;
konstituen yang lebih penting selalu didahulukan.
Terdapat empat macam pola kalimat berdasarkan jenis picu yang dimuat oleh
head Predikat:
Pola
|
Predikat
|
Subjek
|
Akusatif
|
V + objek-OBL
|
aktor-NOM
|
Objektif
|
V + agens-GEN
|
objek-NOM
|
Sekundatif
|
V + agens-GEN + goal-OBL
|
dir.objek-NOM
|
Lokatif
|
V + agens-GEN + objek-OBL
|
lokatif-NOM
|
Sehingga dalam tipologi SOV, pola kalimat bahasa Mongondow dapat
digolongkan sebagai:
V-O-S atau S-V-O
Kosa Kata
Sebagian besar kosa kata bahasa Mongondow masih asli terpelihara dari bahasa moyang Austronesia. Banyak kosa kata bahasa Mongondow yang dapat dilacak asalnya hingga bahasa Proto-Austronesian (PAn). Berikut beberapa contohnya.
Sebagian besar kosa kata bahasa Mongondow masih asli terpelihara dari bahasa moyang Austronesia. Banyak kosa kata bahasa Mongondow yang dapat dilacak asalnya hingga bahasa Proto-Austronesian (PAn). Berikut beberapa contohnya.
Proto-Austronesian
|
Mongondow
|
Padanan B.Indonesia
|
*tiaN
|
sian
|
perut
|
*qabaʀa
|
obaga’
|
bahu, pundak
|
*qulu
|
ulu
|
kepala
|
*kaen
|
ka’an
|
makan
|
*Cau
|
intaw
|
orang, manusia
|
*bahi
|
bobay
|
perempuan, wanita
|
*Cakaw
|
takow
|
curi
|
*taʀaq
|
taga’
|
toreh
|
*mula
|
mula
|
tanam
|
*bunaj
|
bungayon
|
pasir
|
*n-anu
|
onu
|
apa
|
Interaksi intens etnis Mongondow dengan etnis lain pada masa lampau memang mengakibatkan sejumlah adopsi dan adaptasi kosa kata antar bahasa, namun tidak dominan. Interaksi pertama yaitu dengan etnis Minahasa dan Sangir. Kemudian dengan Ternate, dilanjutkan dengan Belanda dan Spanyol.
Adopsi dari bahasa Ternate
sebagian besar terkait gelar-gelar kepemerintahan (contoh: kolano,
panggulu, kapita laut, sangadi). Sedangkan adopsi dari bahasa-bahasa Eropa
umumnya ialah kosa kata nama barang, institusi, atau flora-fauna baru yang
didatangkan oleh bangsa Eropa ke Nusantara (contoh: meja, jandela,
karpet, sikola, kantor, sikolat, kabalo).
Sepanjang sejarah interaksi tersebut, adopsi kata ke dalam bahasa Mongondow pasti diikuti dengan adaptasi bunyi disesuaikan dengan kaidah bunyi asli bahasa Mongondow. Sehingga kata-kata adopsi tersebut tidak kentara berasal dari bahasa asing.
Pada akhirnya dengan
meluasnya penggunaan bahasa Melayu Manado sebagai lingua-franca di semenanjung
utara Sulawesi serta penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
mempengaruhi bahasa Mongondow secara signifikan. Bedanya dengan adopsi dari
bahasa lain, adopsi dari bahasa Melayu Manado atau bahasa Indonesia akhir-akhir
ini tidak disertai adaptasi bunyi. Sehingga kata-kata hasil
adopsi tersebut tetap terdengar asing seakan-akan bukan bagian dari tuturan
bahasa Mongondow. Adopsi tersebut juga tidak terbatas pada adopsi Nomina
melainkan juga pada adopsi kata-kata fungsional (contoh: tapi, sebab,
sebelum, sedangkan), Verba (contoh: momanyanyi, flao, praktek),
Ajektiva (contoh: merdeka, ruci, parduli) dan frase (contoh: jam
tiga bukan jam tolu, mesjid jami' bukan masigi
jami', no’ilangslak, mokurangajar, dsb.).
Penulisan
Bahasa Mongondow merupakan murni bahasa lisan. Bahkan semua aspek budaya pengetahuan suku Mongondow dipelihara secara lisan (oral) secara turun temurun tanpa bantuan tulisan sama sekali.
Bahasa Mongondow merupakan murni bahasa lisan. Bahkan semua aspek budaya pengetahuan suku Mongondow dipelihara secara lisan (oral) secara turun temurun tanpa bantuan tulisan sama sekali.
Dokumentasi kalimat-kalimat
bahasa Mongondow pertama kali muncul dalam bentuk tertulis pada tahun
1855 dalam buku daftar kosa kata (woordenlijst) bahasa-bahasa
dari berbagai etnis penduduk di sekitar residensi Manado. Artinya, tulisan
berbahasa Mongondow tertua (abad-19) ditulis dengan huruf Latin dengan ejaan
Belanda.
Sebelumnya diketahui bahwa raja-raja
Bolaang Mongondow (serta mungkin para jogugu dan pembesar kerajaan lainnya) menulis
surat-surat korespondensi dengan negeri-negeri tetangga menggunakan aksara Jawi
bahasa Melayu. Namun tidak diketahui atau belum ditemukan bukti apakah aksara
Jawi pernah digunakan untuk menuliskan sesuatu dalam bahasa Mongondow.
Maka disimpulkan bahwa bahasa
Mongondow dari awal hingga kini ditulis dengan huruf Latin. Bedanya dahulu dengan
ejaan Belanda, sekarang dengan ejaan ala Indonesia.
- Dalam penulisan bahasa Mongondow modern,
terdapat dua macam digraf, yaitu ng untuk
melambangkan bunyi /ŋ/; dan ny untuk melambangkan
bunyi /ɲ/.
- Cara pelambangan untuk bunyi /l/ biasa
dengan bunyi /l/ retrofleks umumnya tidak dibedakan karena dapat diketahui
dari konteks. Namun ada juga yang membedakan cara pelambangan keduanya dengan
menggunakan ḷ , ḻ , atau lh untuk
melambangkan /l/ retrofleks.
- Cara pelambangan bunyi diftong di akhir kata, ada yang
menggunakan klaster vokal (sehingga: -ai, -au, -oi, -ou, -ui)
dan ada juga yang menggunakan vokal ditambah huruf w dan y sebagai
pengakhir diftong (sehingga: -ay, -aw, -oy, -ow, -uy).
- Bunyi /ˀ/ umumnya dilambangkan dengan
tanda apostrof ('), namun ada juga yang melambangkannya dengan huruf k (terutama
bila berada di akhir kata) atau tidak melambangkannya sama sekali
(terutama bila berada di tengah kata).
Beragam variasi tersebut
muncul dari beragamnya persepsi & pemahaman penutur bahasa Mongondow
mengenai sistem fonologi bahasa Mongondow dan pelambangan huruf Latin. Tidak
ada standar yang mengaturnya.
Pembahasan lebih detil mengenai topik-topik yang
ada dalam overview ini akan dibahas pada post-post selanjutnya.
Ray Daapala
(Diterbitkan tanggal 6-6-2016)
(Direvisi tanggal 15-5-2020)
Luar biasa utat sangat informatif. Bisa menjadi bahan referensi sosialisasi bahasa mongondow
BalasHapussukur moanto'..
Hapuskalau utat ada bahan untuk materi blog ini, silahkan menyumbang.. nanti profil utat akan didaftarkan dalam daftar kontributor
Mau nanya bahasa mongondownya mata apa ?
Hapusitu kita lia dp malam,ada 1 kata,malam=dolom,gobii.. siang malam dolom bo singgay.. mudah2an bermanfaat au!..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAnlud
BalasHapusAssalamualaikum utat.. Tumo pira in pinais mu na a.. Aka kuma bo o uman/bahasa naton na a mopopat popisi in o uman nongkon luai.. dega onu in motaaw mu aidan...? Sukur mo anto..
BalasHapusUtat ! oyo'on pa dega' ule in tulisan no asli bo manunskrip no asli in bahasa mongondow dongko mogoguyang naton ? Totok bi mo penasaran in aku'oy...
BalasHapusAno pira in pinaismu ta'na'a, mudah-mudahan moanto' don in literatur" konkrit tentang budaya" mongondow bo di'a koliyongan nin generasi muda kon jaman tana'a....
Sukur moanto
sukur moanto itu artinya terimakasih ya?
BalasHapusSyukur mo anto' utat, aka dia onda mo taaw tumon mongondow, mooya' tumon mongondow yoo dega' dia' bidon kodongogan intaw tumon mongondow kon singgai tumit.
BalasHapusKata "utat" artinya apa ya?
BalasHapusTerima kasih
Artinya saudara
HapusUtat ogoyay pa akuoi in saran ponangoi kon ki adi' ku olaki inta tangoy in dungkul may bo mo pira in artinya
BalasHapusSyukur mo anto
Bahasa mongondow pelit apa?
BalasHapusklw pelit di daerah modayag artinya rinut
Hapusklw manggaleh artinya apa
BalasHapusMangalehnya artinya
HapusTidak apa apa artinya?
BalasHapusmongurapak artinya apa ya?
BalasHapusKlw kon kayuon nobiag in yagi yagi binatang.pahispa yagi yagi binatang tatua
BalasHapusKlaw sindog artinya apa??
BalasHapus?
Arti dari aku sayang kamu
BalasHapusPohon kayu bahasa Mongondow nya apa ya?
BalasHapusBahasa nya apa
HapusApa bahasa mongondow lutut...
BalasHapusTerima kasih
Bahasa mongondow selamat sore apa?
BalasHapusBogani apa bahasa mongondow
BalasHapusKoibogku apa artinya ya...
BalasHapusBole.. tanya?
BalasHapusBahasa mongondow kursi apa kang?
Sukur moanto utat...
BalasHapusMokopia artinya apa
BalasHapusEmang mirip dengan bhs Tagalog, di ko kayang limutan, aku tak bisa lupa
BalasHapusBisa transliterasikan kata:
BalasHapus"Saya harap bahasa daerah mongondow 10 tahun kedepan tidak akan hilang dan luntur seiring berjalannya waktu yang di pengaruhi oleh budaya asing dan bahsa asing"
Mohon bantuannya, Trima kasih🙏
Ki uyo minaya apa artinya semoga di bales(:
BalasHapusSi uyo pergi
BalasHapusKa kalau bolay itu apa?
BalasHapusSyukur moanto ..senang sekali bila ada kamus bhs Mongondow..pernah 3 thn tinggal di Kota..rindu Biga
BalasHapus