Mengenal Bahasa Mongondow


Bahasa Mongondow adalah bahasa lisan asli etnis Mongondow, salah satu dari 4 etnis besar di semenanjung utara pulau Sulawesi. Bahasa Mongondow merupakan anggota sub-kelompok bahasa Gorontalic-Mongondoic, dalam kelompok bahasa Filipina Tengah dan Sekitar (Greater Central Philippines (GCPh)) , dalam rumpun Borneo-Filipina, keluarga bahasa Austronesia.

Bahasa-bahasa dengan jumlah penutur besar yang berkerabat dekat dengan bahasa Mongondow antara lain: bahasa Gorontalo dalam sub-kelompok Gorontalic-Mongondoic, serta bahasa Tagalog (Filipino), bahasa Cebuano, bahasa Bikolano, bahasaMaranao, dan bahasa Tausug dalam kelompok GCPh.

Daerah tutur bahasa Mongondow dan sekitarnya (Gorontalic-Mongondowic, Minahasan, & Sangiric). 
Credit: Jason Lobel 2013

Bahasa Mongondow merupakan bahasa dengan jumlah penutur peringkat ke-10 terbanyak di pulau Sulawesi.

Bahasa Mongondow (9b) merupakan bahasa dengan jumlah penutur peringkat ke-10 terbanyak di pulau Sulawesi. Credit: Robert Blust 2013.


Status dan Vitalitas
Bahasa Mongondow utamanya dituturkan oleh etnis Mongondow, penduduk asli yang tersebar di daerah bekas Swapraja Bola’ang-Mongondow. Bahasa Mongondow juga dituturkan sebagai bahasa kedua dan ketiga bagi etnis minoritas Lolak, Mokapog, Bintauna, dan Bolango. Menurut Ethnologue.com pada tahun 2000 diperkirakan bahasa Mongondow memiliki jumlah penutur sekitar 230.000 jiwa.

Dalam Skala EGIDS bahasa Mongondow berada dalam skala 7 “shifting”, karena penggunaannya sebagai bahasa utama etnis Mongondow hampir sepenuhnya tergeser oleh Bahasa MelayuManado. Bahasa ini sebagian besar tidak lagi diajarkan kepada anak-anak suku Mongondow sebagai bahasa ibu.

Dialek
Usup (1986) mengidentifikasi 2 kelompok besar dialek bahasa Mongondow yaitu:
1.     dialek Passi, dituturkan di lipu-lipu' di sekitar bukit Passi sebelah utara dataran Mongondow antara lain: Passi, Wangga, Bintau’, Otam, Bilalang, Pontodon, Biga’, Moyag, Mongkonai, dll.; dan
2.     dialek Lolayan, dituturkan di lipu-lipu' di dataran Mongondow bagian selatan serta lembah Dumoga antara lain: Lolayan, Tabang, Kopandakan, Motoboi (Besar dan Kecil), Poyowa (Besar dan Kecil), Kobo (Besar dan Kecil), Matali, Dumoga, dll.
Lipu' totabuan yang didirikan di pesisir oleh komunitas Mongondow dari pedalaman mewarisi dialek lipu' asalnya di pedalaman. Antara lain:
Dialek Passi: Poigar dari Passi; Nonapan dari Otam; Tombolikat dari Biga’; Motongkad dari Moyag; dll.
Dialek Lolayan: Tobayagan dari Tabang; Buyat dari Kopandakan; Alot dari Motoboi; Nuangan dari Poyowa Besar; Pinolosian dari Poyowa Kecil; Molobog dari Kobo; dll.

Fonologi

Bunyi Vokal
Bunyi vokal dalam bahasa Mongondow mirip dengan dalam bahasa Indonesia, kecuali bahwa dalam kata bahasa Mongondow tidak diketemukan bunyi /ə/.
Makhraj
Depan
Tengah
Belakang
Tinggi
i
u
Tengah
e
o
Rendah
a

Bunyi Konsonan
Bunyi konsonan dalam bahasa Mongondow mirip dengan dalam bahasa Indonesia kecuali bunyi /l/ yang dilafalkan dengan 2 macam cara, yakni lateral-alveolar (biasa) dan 
retrofleks, yaitu /l/ yang dibunyikan dengan cara melipat lidah ke belakang.
Cara/Makhraj
Labial
Alveolar
Palatal
Velar
Glottal
Letup nirsuara
p
t
c*
k
ˀ
Letup bersuara
b
d
j
g
Desis
s
h
Sengau
m
n
ɲ*
ŋ
Kepak
l / ḷ
Getar
r
Luncur / Semivokal
w
y
*Bunyi /c/ dan /ɲ/ hanya ditemukan dalam kata-kata adopsi dari bahasa lain.

Pola Suku Kata (Silabe)
Tipikal suku kata bahasa Mongondow terdiri dari konsonan + vokal (KV) atau vokal saja tanpa konsonan pendahulu (V).

Namun terdapat satu pengecualian, yaitu dalam kosa kata bahasa Mongondow tidak boleh terdapat bunyi /ti/, maka dari itu segala proses morfologis reguler yang dapat menghasilkan bunyi /ti/ (mis.: t + <in>) dialihkan sehingga menghasilkan bunyi /si/.

Suku kata terakhir umumnya ditutup dengan bunyi konsonan kecuali /c/, /j/, /h/, dan /ɲ/ (-KVK). 

Suku kata awal dan tengah tidak boleh ditutup konsonan agar tidak membentuk klaster konsonan (-KK-) di tengah kata, kecuali bunyi sengau homorganik sebagaimana yang diterangkan di bawah.

Klaster konsonan (-KK-) tidak boleh terjadi di tengah kata, kecuali 7 macam klaster sengau homorganik letup/desis, yaitu: /-mp-/, /-mb-/, /-nt-/, /-ns-/, /-nd-/, /-ngk-/, dan /-ngg-/. (-N-K-)

Sehingga dapat dirumuskan tipikal pola bunyi kata bahasa Mongondow ialah:
(K)V(N)-(K)V(K)


Alternasi Lafal
Beberapa kata dalam bahasa Mongondow yang mengandung bunyi atau klaster bunyi tertentu dapat dilafalkan dengan dua atau lebih cara. Bunyi/klaster tersebut antara lain:

r = y
Contoh: mopira = mopiya = mopia, mo'ora' = mo'oya'

yi = i
Contoh: yimitak = imitak, moyintok = mointok

t = s (dalam imbuhan atau ulangan atas kata dasar berawalan si- saja)
Contoh: tosimpat = sosimpat

-ay- = -e-
Contoh: maya' = mea', tayak = teak

-oy+on = -e+an
Contoh: patoyon = patean

d = j
Contoh: dia' = jia'
 
Perlu diketahui bahwa fenomena alternasi lafal ini hanya khusus untuk kosa kata asli Mongondow, sehingga tidak berlaku untuk kata hasil adopsi dari bahasa lain.

Tata Bahasa
Bahasa Mongondow merupakan bahasa aglutinatif yang mengandalkan 
pengimbuhan (awalan, sisipan, akhiran, gabungan) dan pengulangan (kata dasar atau suku kata dasar) dalam memodifikasi kata.

Kelas kata berdasarkan ciri-ciri “perilakunya” dalam kalimat, dapat dibagi menjadi lima (5) kelompok, yakni:

Nomina (Kata Benda), dapat dibagi:

Pronomina

Kata Benda Personal

Kata Benda Umum

Kata Tunjuk

Satuan

Verba (Kata Kerja)

Ajektiva (Kata Sifat)

Numera (Bilangan)

Bilangan (1-~)

Kuantifer

Adverbia (Kata Bantu), dapat dibagi:

Kata Bantu Umum

Artikula dan Kata Depan

Partikel Enklitika 

Kata Sambung

Kata Hubung

Kosa kata dalam tiga kelas pertama (Nomina, Verba, dan Ajektiva) sesungguhnya memiliki batas yang kabur, terutama kosa kata yang terbentuk dari proses pengimbuhan dan pengulangan, dapat digunakan secara luwes antar ketiga kelas. Penulis pribadi menduga bahwa Verba dan Ajektiva sesungguhnya dahulu (pada stage moyang bahasa Mongondow (PGM, Pra-PGM, PGCPh, dst.)) merupakan Nomina berperilaku khusus. Namun lambat laun memiliki ciri-ciri perilaku sendiri meski masih mempertahankan kesamaan bentuknya antar-kelas.


Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina bahasa Mongondow memiliki bentuk pembeda untuk jumlah Tunggal (Singular), Jamak Umum (Plural), Jamak Dua (Dual), Jamak Tiga (Trial), dan Jamak Berbilang di atas Tiga (Paucal).
Masing-masing Pronomina memiliki tiga bentuk yang berubah sesuai fungsinya dalam kalimat (sesuai model 
Philippine-type Alignment) yaitu:
Bentuk Ergatif-Genitif berperilaku seperti Partikel Enklitika, sedangkan bentuk Datif atau Oblik umumnya didahului oleh kata sandang ko "ke, kepada, pada"
Berikut daftar Pronomina bahasa Mongondow:

Nominatif
Ergatif-Genitif
Datif/Oblik
Bahasa Indonesia
    - Singular
aku'oy
-ku
inako'
aku, saya
ikow
-mu
inimu
kau, kamu, Anda
sia
-(n)ea
inia
dia
    - Plural
kami
-nami
inami
kami
kita
-naton
inaton
kita
moikow
-monimu
imonimu
kalian
mosia
-monia
imonia
mereka
    - Dual
kaminda
-naminda
inaminda
kami berdua
kitada
-natonda
inatonda
kita berdua
kamunda
-namunda
inamunda
kalian berdua
taradua
-naradua
inaradua
mereka berdua
    - Trial
kamintolu
-namintolu
inamintolu
kami bertiga
kitantolu
-natontolu
inatontolu
kita bertiga
kamuntolu
-namuntolu
inamuntolu
kalian bertiga
tara tolu
-nara tolu
inara tolu
mereka bertiga
    - Paucal (4 - ~)
kami X
-nami X
inami X
kami berX
kita X
-naton X
inaton X
kita berX
kamu X
-namu X
inamu X
kalian berX
tara X
-nara X
inara X
mereka berX

Untuk kesopanan atau penghormatan kepada orang lain, kata yang merujuk pada orang kedua (ikow, moikow, kamunda, dsb) atau orang ketiga (sia, mosia, taradua, dsb.) biasanya diganti dengan Nomina Persona untuk menyebut yang bersangkutan.

Nomina (Kata Benda)
Nomina umumnya tidak ditandai untuk pembedaan gender & jumlah.
Namun untuk menyatakan jumlah jamak Nomina dapat disiratkan dari konteks, atau disimpulkan dari imbuhan Verba, imbuhan Ajektiva, penggunaan Numera (bilangan), kuantifer, pengulangan kata (dwilingga), pengulangan suku kata (dwipurwa), dll.

Terdapat tiga macam Kasus Nomina (Case) dalam bahasa Mongondow. Kasus ditandai dengan penggunaan kata sandang tertentu di depan Nomina. Berdasarkan hal ini, Nomina dapat dibagi menjadi dua kelompok:

Nomina Persona
Yaitu nama panggilan orang (atau hewan), istilah kekeluargaan/kekerabatan, gelar jabatan/sosial, & julukan. Ciri-cirinya yakni menggunakan set kata sandang:
ki
NOM.name.SG
ki Uyo “si Uyo”
i
GEN.name.SG
i Uyo “oleh/milik Uyo”
koi
OBL.name.SG
koi Uyo “kepada/terhadap Uyo”
tai
NOM.name.PL
tai Uyo “si Uyo dkk.”
nai
GEN.name.PL
nai Uyo “oleh/milik Uyo dkk.”
konai
OBL.name.PL
konai Uyo “kepada/terhadap Uyo dkk.”

Nomina Umum
Yaitu nama segala macam hal yang tidak termasuk Nomina Persona. Ciri-cirinya didahului oleh kata sandang: 
<tidak ada>
NOM
intaw “orang”
in*
GEN
baloy in intaw “rumah (milik) orang”
kon*
OBL
kon intaw “kepada/terhadap (sese)orang”
*bunyi /n/ dapat berupa [m] bila mendahului /p, b/, berupa [ŋ] bila mendahului /k, g/, dan raib bila mendahului /m, ŋ, l, r, w, y/).

Sub-kelompok dari Nomina Umum yakni Kata Tunjuk. Selain memiliki ciri Nomina, Kata Tunjuk juga memiliki ciri Ajektiva. Kata tunjuk dapat dibedakan berdasarkan tiga jarak:
Dekat dengan orang pertama (Proximal)
Nom: na’a, in na’a, kon na’a.
Adj: (in)ta na’a, nana’a
Dekat dengan orang kedua (Medial)
Nom: nion, in nion, kon nion.
Adj: (in)ta nion, ten…., nanion
Jauh dari orang pertama dan kedua (Distal)
Nom: tua, in tua, kon tua(-ta).
Adj: (in)ta tua, (in)ta tota, na’tua

Selain Nomina yang bukan dari proses pengimbuhan, banyak juga Nomina yang dibentuk dari proses pengimbuhan dan/atau pengulangan atas Akar Nomina, Akar Verba, Akar Ajektiva, bahkan dari Akar Numera. Contoh:
adi’ “anak” > mongoadi’ “anak-anak”
ka’an “makan” > ka’anon “makanan, sesuatu yang akan/sering dimakan”
guyang “tua” > mogoguyang “leluhur”
tobatu’ “satu” > tumongobatu’ “bersatu”

Verba (Kata Kerja)
Verba ada yang berupa Akar Verba tanpa imbuhan atau pengulangan, dan ada juga yang berasal dari proses pengimbuhan dan pengulangan.

Akar Verba yang tidak diimbuh digunakan untuk fungsi Imperatif (memerintah, meminta).
Verba yang diimbuh dapat digunakan untuk fungsi Deklaratif (pernyataan), Interogatif (pertanyaan), atau Imperatif.

Suatu imbuhan Verba memuat sekurang-kurangnya tiga informasi grammatikal:

  • Aspek Verba*;

  • Moda Verba; dan

  • Jenis Picu/Fokus Kalimat (terkait Philippine-type Voice).


Beberapa imbuhan juga memuat informasi seperti: Kejamakan Subjek kalimat; Kejamakan Agens kalimat;dll.
*Aspek Verba dalam beberapa karya tata bahasa Mongondow terdahulu, sering keliru dianggap sebagai Kala Verba (tenses)

Contoh: imbuhan pembentuk Verba antara lain: poG-, pinoG-, moG-, noG-, mopo-, nopo-, moro- noro-, dsb.


Verba dan Akar Verba juga dapat mengalami proses pengulangan baik dwilingga atau pun dwipurwa.
Pengulangan dwipurwa, umumnya mengubah Akar Verba menjadi Nomina yang terkait dengan makna Verba. Contoh: simpat “sapu lah!” > sosimpat “(alat) sapu”.
Pengulangan dwilingga, umumnya menambah informasi mengenai intensitas atau frekuensi perbuatan yang diwakili Verba. Contoh: monimpat “menyapu” > monimpa-nimpat “menyapu terus”.


Ajektiva (Kata Sifat)
Ajektiva dapat juga dipandang sebagai Verba Statif (yakni Verba yang menunjukkan keadaan ketimbang kegiatan) karena saking miripnya perilaku Verba dengan Ajektiva, antara lain:

Akar Ajektiva umumnya diimbuh dengan imbuhan yang memuat informasi grammatika berupa:
Aspek, Moda, serta Jenis Picu/Fokus Kalimat. Serta dapat memuat informasi tambahan berupa Kejamakan Subjek atau fungsi Intensitas.
Contoh: imbuhan pembentuk Ajektiva antara lain: ko-, kino-, mo- (dari *k(um)o-), no- (dari *k(in)o-), moko-, noko-, mo’i, no’i, mongo-, kongo-, dsb.

Akar Ajektiva juga dapat mengalami pengulangan baik dwipurwa maupun dwilingga.

Bedanya Ajektiva kerap digunakan sebagai Penerang (modifier) dalam Frasa Nomina atau pun Frasa Verba. Sedangkan Verba jarang digunakan sebagai Penerang, melainkan umumnya menjadi yang Diterangkan (head) dari sebuah Frasa Verba bahkan Verba berimbuhan tertentu dapat mengambil posisi Nomina sebagai Diterangkan (head) dalam suatu Frasa Nomina.

Numera (Bilangan)

Angka
Bilangan Cacah
(satu (buah) dst.)
Bilangan Urut
(pertama dst.)
Bilangan Kali
(satu kali dst.)
Bilangan Kelipatan
(satu per satu dst.)
1
tobatu'
inta’
komintan
totobatu’
2
deowa, doyowa, dewa
indua
kodua
tododewa
3
tolu
intolu
kotolu
tototolu
4
opat
inggopat
kogopat
togogopat
5
lima
ilima
kolima
tololima
6
onom
inggonom
kogonom
togogonom
7
pitu
impitu
kopitu
topopitu
8
walu
iwalu
kowalu
towowalu
9
siow
insiow
kosiow
tososiow
10
mopulu'
impulu’
kopulu’
topopulu’
11
mopulu' bo mita'
impulu’ bo mita’
kopulu’ bo mita’
topopulu’ bo mita’
12
mopulu' bo deowa
impulu’ bo dewa
kopulu’ bo dewa
topopulu’ bo dewa
20
dewa no pulu’
indua no pulu’
kodua no pulu’
tododewa no pulu’
50
lima no pulu’
ilima no pulu’
kolima no pulu’
tololima no pulu’
100
togatut
inggatut
kogatut
togogatut
500
lima no gatut
ilima no gatut
kolima no gatut
tololima no gatut
1.000
toribu
iribu
koribu
tororibu
5.000
lima no ribu
ilima no ribu
kolima no ribu
tololima no ribu
7.500
pitu no ribu bo lima no gatut
impitu… dst.
kopitu… dst.
topopitu… dst.
10.000
toraban
iraban
koraban
tororaban
100.000
tomaliong
imaliong
komaliong
tomomaliong
1.000.000
tojuta
injuta
kojuta
totojuta
10.000.000
mopulu' no juta
impulu’ no juta
kopuulu’ no juta
topopulu’ no juta

Satuan
Satuan digunakan mengikuti Numera dengan ligatur penghubung no atau -ngo (khusus untuk angka satu pada posisi digit satuan).
  • batu' “-buah”
  • batol “-buah, -biji”
  • pongko' “-potong”
  • putol “-penggal”
  • pata' “-helai”
  • botak “-belahan”
  • simpal “-pasang”
  • singgay “-hari”
  • gobii “-malam”
  • dsb.
Contoh:
tolu no putol,
lima no singgay,
tongo gobii,
mopulu’ bo tongo batol

Kata Bantu Umum
Kata Bantu berfungsi sebagai Penerang (modifier) baik dalam Frasa Verba/Ajektiva/Nomina/Numera. Kata bantu menerangkan:
1. Tempat / Deiktik,
2. Waktu dan Aspek Waktu,
3. Cara (manner),
4. Negasi,
5. Moda,
6. dll.

Partikel Enklitika
Partikel enklitika adalah sejenis kata bantu yang “melekati” kata pertama dalam sebuah frase yang diterangkannya.
Contoh: enklitika -pa >
frase: monga’an-pa “masih makan”
frase: koyogot-pa monga’an “masih sedang makan”

Berikut beberapa contoh enklitika diurutkan sesuai kemunculannya jika dua di antaranya muncul berbarengan dalam satu frase:
-ka “kah, pun”
-pa “masih, dulu”
-bi’ “lah”
-don “saja, sudah”
-mai -mangoy “kemari”
-makow “kesana”
-doman “juga”
Dalam suatu frase dimungkinkan penggunaan dua enklitika sekaligus. Pada urutan di atas, enklitika yang lebih atas muncul lebih kiri dari yang lebih bawah. Contoh:
-kapa, -kadon, -kabi’, -bidon, -do(n)mai, -bi’doman, -pabi’, dst.


Konjungtor (Kata Hubung & Kata Sambung)
  • bo "dan, lalu, kemudian"
  • andeka "atau"
  • mongo "apakah, bahwa"
  • ta "yang"
  • ta' "tapi"
  • yo "maka"
  • da' "jadi..."
  • aka "jika, bila, apabila"
  • sin "sebab, karena"
  • ba', simba' "supaya, agar"
  • bain "ketika, nanti, apabila"
  • umpa, umpaka, paka "umpama, meskipun, walaupun, biarpun"

Kata Tanya
ine "siapa" (Nomina Personal)
ki ine? “siapa?”
i ine? “oleh/milik siapa?”
koi ine? “kepada siapa?”
onu "apa" (Nomina Umum)
onu? “apa?”
in onu? “oleh apa? apanya?”
kon onu? “pada apa? atas apa?”
onda "mana"
onda? “mana”
kon onda? “di mana?”
maya’ in onda? “mau pergi kemana?”
inta onda? “yang mana?”
na’onda? “bagaimana?”
to'onu "kapan"
tongonu "berapa"
onu "apa" (sbg Akar Verba)
mongonu? "mau apa? ngapain? mengapa?"
nongonu "kenapa? ada apa?"
onuon? "diapakan?"
inonu-mu? “kau apakan?”
pongonu? "untuk apa?"
pongonuan? "untuk diapakan?"

Frase dan Kalimat
Pola Frase
Frase Nomina dan Frase Numera cenderung berpola Diterangkan-Menerangkan. Misalnya:
ki adi’ mointok inta na’a “Anak kecil (yang) ini” Nomina+Penerang+K.Tunjuk
tolu no gobii “tiga malam”

Sebaliknya, Frase Verba dan Frase Ajektiva cenderung berpola Menerangkan-Diterangkan. Misalnya:
aindon minaya’ “sudah pergi”
dongka’ topilik “tinggal sedikit”

Empat pola frase sebagaimana di atas berlaku regular kecuali ketika terdapat Partikel Enklitika di dalam frase. Enklitika akan selalu “mengekori” kata pertama dalam frase.

Pola Kalimat
Kalimat afirmatif memiliki struktur dasar:
Predikat + Subjek atau Subjek + Predikat;
konstituen yang lebih penting selalu didahulukan.

Terdapat empat macam pola kalimat berdasarkan jenis picu yang dimuat oleh head Predikat:
Pola
Predikat
Subjek
Akusatif
V + objek-OBL
aktor-NOM
Objektif
V + agens-GEN
objek-NOM
Sekundatif
V + agens-GEN + goal-OBL
dir.objek-NOM
Lokatif
V + agens-GEN + objek-OBL
lokatif-NOM

Sehingga dalam tipologi SOV, pola kalimat bahasa Mongondow dapat digolongkan sebagai:
V-O-S atau S-V-O

Kosa Kata
Sebagian besar kosa kata bahasa Mongondow masih asli terpelihara dari bahasa moyang Austronesia. Banyak kosa kata bahasa Mongondow yang dapat dilacak asalnya hingga bahasa 
Proto-Austronesian (PAn). Berikut beberapa contohnya.
Proto-Austronesian
Mongondow
Padanan B.Indonesia
*tiaN
sian
perut
*qabaʀa
obaga’
bahu, pundak
*qulu
ulu
kepala
*kaen
ka’an
makan
*Cau
intaw
orang, manusia
*bahi
bobay
perempuan, wanita
*Cakaw
takow
curi
*taʀaq
taga’
toreh
*mula
mula
tanam
*bunaj
bungayon
pasir
*n-anu
onu
apa

Interaksi intens etnis Mongondow dengan etnis lain pada masa lampau memang mengakibatkan sejumlah 
adopsi dan adaptasi kosa kata antar bahasa, namun tidak dominan. Interaksi pertama yaitu dengan etnis Minahasa dan Sangir. Kemudian dengan Ternate, dilanjutkan dengan Belanda dan Spanyol.

Adopsi dari bahasa Ternate sebagian besar terkait gelar-gelar kepemerintahan (contoh: kolano, panggulu, kapita laut, sangadi). Sedangkan adopsi dari bahasa-bahasa Eropa umumnya ialah kosa kata nama barang, institusi, atau flora-fauna baru yang didatangkan oleh bangsa Eropa ke Nusantara (contoh: meja, jandela, karpet, sikola, kantor, sikolat, kabalo).

Sepanjang sejarah interaksi tersebut, adopsi kata ke dalam bahasa Mongondow pasti diikuti dengan adaptasi bunyi disesuaikan dengan kaidah bunyi asli bahasa Mongondow. Sehingga kata-kata adopsi tersebut tidak kentara berasal dari bahasa asing.

Pada akhirnya dengan meluasnya penggunaan bahasa Melayu Manado sebagai lingua-franca di semenanjung utara Sulawesi serta penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, mempengaruhi bahasa Mongondow secara signifikan. Bedanya dengan adopsi dari bahasa lain, adopsi dari bahasa Melayu Manado atau bahasa Indonesia akhir-akhir ini tidak disertai adaptasi bunyi. Sehingga kata-kata hasil adopsi tersebut tetap terdengar asing seakan-akan bukan bagian dari tuturan bahasa Mongondow. Adopsi tersebut juga tidak terbatas pada adopsi Nomina melainkan juga pada adopsi kata-kata fungsional (contoh: tapi, sebab, sebelum, sedangkan), Verba (contoh: momanyanyi, flao, praktek), Ajektiva (contoh: merdeka, ruci, parduli) dan frase (contoh: jam tiga bukan jam tolumesjid jami' bukan masigi jami'no’ilangslakmokurangajar, dsb.).

Penulisan
Bahasa Mongondow merupakan murni bahasa lisan. Bahkan semua aspek budaya pengetahuan suku Mongondow dipelihara secara lisan (oral) secara turun temurun tanpa bantuan tulisan sama sekali.

Dokumentasi kalimat-kalimat bahasa Mongondow pertama kali muncul dalam bentuk tertulis pada tahun 1855 dalam buku daftar kosa kata (woordenlijst) bahasa-bahasa dari berbagai etnis penduduk di sekitar residensi Manado. Artinya, tulisan berbahasa Mongondow tertua (abad-19) ditulis dengan huruf Latin dengan ejaan Belanda.

Sebelumnya diketahui bahwa raja-raja Bolaang Mongondow (serta mungkin para jogugu dan pembesar kerajaan lainnya) menulis surat-surat korespondensi dengan negeri-negeri tetangga menggunakan aksara Jawi bahasa Melayu. Namun tidak diketahui atau belum ditemukan bukti apakah aksara Jawi pernah digunakan untuk menuliskan sesuatu dalam bahasa Mongondow.

Maka disimpulkan bahwa bahasa Mongondow dari awal hingga kini ditulis dengan huruf Latin. Bedanya dahulu dengan ejaan Belanda, sekarang dengan ejaan ala Indonesia.
  • Dalam penulisan bahasa Mongondow modern, terdapat dua macam digraf, yaitu ng untuk melambangkan bunyi /ŋ/; dan ny untuk melambangkan bunyi /ɲ/.
  • Cara pelambangan untuk bunyi /l/ biasa dengan bunyi /l/ retrofleks umumnya tidak dibedakan karena dapat diketahui dari konteks. Namun ada juga yang membedakan cara pelambangan keduanya dengan menggunakan ḷ , ḻ , atau lh untuk melambangkan /l/ retrofleks.
  • Cara pelambangan bunyi diftong di akhir kata, ada yang menggunakan klaster vokal (sehingga: -ai, -au, -oi, -ou, -ui) dan ada juga yang menggunakan vokal ditambah huruf w dan y sebagai pengakhir diftong (sehingga: -ay, -aw, -oy, -ow, -uy).
  • Bunyi /ˀ/ umumnya dilambangkan dengan tanda apostrof ('), namun ada juga yang melambangkannya dengan huruf k (terutama bila berada di akhir kata) atau tidak melambangkannya sama sekali (terutama bila berada di tengah kata).
Beragam variasi tersebut muncul dari beragamnya persepsi & pemahaman penutur bahasa Mongondow mengenai sistem fonologi bahasa Mongondow dan pelambangan huruf Latin. Tidak ada standar yang mengaturnya.

Pembahasan lebih detil mengenai topik-topik yang ada dalam overview ini akan dibahas pada post-post selanjutnya.


Ray Daapala
(Diterbitkan tanggal 6-6-2016)
(Direvisi tanggal 15-5-2020)

37 komentar:

  1. Luar biasa utat sangat informatif. Bisa menjadi bahan referensi sosialisasi bahasa mongondow

    BalasHapus
    Balasan
    1. sukur moanto'..
      kalau utat ada bahan untuk materi blog ini, silahkan menyumbang.. nanti profil utat akan didaftarkan dalam daftar kontributor

      Hapus
    2. Mau nanya bahasa mongondownya mata apa ?

      Hapus
  2. itu kita lia dp malam,ada 1 kata,malam=dolom,gobii.. siang malam dolom bo singgay.. mudah2an bermanfaat au!..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum utat.. Tumo pira in pinais mu na a.. Aka kuma bo o uman/bahasa naton na a mopopat popisi in o uman nongkon luai.. dega onu in motaaw mu aidan...? Sukur mo anto..

    BalasHapus
  5. Utat ! oyo'on pa dega' ule in tulisan no asli bo manunskrip no asli in bahasa mongondow dongko mogoguyang naton ? Totok bi mo penasaran in aku'oy...

    Ano pira in pinaismu ta'na'a, mudah-mudahan moanto' don in literatur" konkrit tentang budaya" mongondow bo di'a koliyongan nin generasi muda kon jaman tana'a....


    Sukur moanto

    BalasHapus
  6. sukur moanto itu artinya terimakasih ya?

    BalasHapus
  7. Syukur mo anto' utat, aka dia onda mo taaw tumon mongondow, mooya' tumon mongondow yoo dega' dia' bidon kodongogan intaw tumon mongondow kon singgai tumit.

    BalasHapus
  8. Kata "utat" artinya apa ya?

    Terima kasih

    BalasHapus
  9. Utat ogoyay pa akuoi in saran ponangoi kon ki adi' ku olaki inta tangoy in dungkul may bo mo pira in artinya
    Syukur mo anto

    BalasHapus
  10. Bahasa mongondow pelit apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. klw pelit di daerah modayag artinya rinut

      Hapus
  11. klw manggaleh artinya apa

    BalasHapus
  12. Tidak apa apa artinya?

    BalasHapus
  13. mongurapak artinya apa ya?

    BalasHapus
  14. Klw kon kayuon nobiag in yagi yagi binatang.pahispa yagi yagi binatang tatua

    BalasHapus
  15. Klaw sindog artinya apa??
    ?

    BalasHapus
  16. Arti dari aku sayang kamu

    BalasHapus
  17. Pohon kayu bahasa Mongondow nya apa ya?

    BalasHapus
  18. Apa bahasa mongondow lutut...
    Terima kasih

    BalasHapus
  19. Bahasa mongondow selamat sore apa?

    BalasHapus
  20. Bogani apa bahasa mongondow

    BalasHapus
  21. Koibogku apa artinya ya...

    BalasHapus
  22. Bole.. tanya?
    Bahasa mongondow kursi apa kang?

    BalasHapus
  23. Sukur moanto utat...

    BalasHapus
  24. Emang mirip dengan bhs Tagalog, di ko kayang limutan, aku tak bisa lupa

    BalasHapus
  25. Bisa transliterasikan kata:
    "Saya harap bahasa daerah mongondow 10 tahun kedepan tidak akan hilang dan luntur seiring berjalannya waktu yang di pengaruhi oleh budaya asing dan bahsa asing"

    Mohon bantuannya, Trima kasih🙏

    BalasHapus
  26. Ki uyo minaya apa artinya semoga di bales(:

    BalasHapus
  27. Ka kalau bolay itu apa?

    BalasHapus
  28. Syukur moanto ..senang sekali bila ada kamus bhs Mongondow..pernah 3 thn tinggal di Kota..rindu Biga

    BalasHapus

Singog pa kon na'a :)