Konsep Aspek Verba dan Ajektiva

Aspek Verba/Ajektiva, dalam teori gramatika, mengungkapkan bagaimana relasi suatu aksi, peristiwa, atau keadaan yang ditunjukkan oleh Verba/Ajektiva dengan aliran waktu. Misalnya dalam bahasa-bahasa Eropa kita mengenal istilah aspek Simple, Perfect, Continuous, dll. 

Aspek perlu dibedakan dari Kala (Tenses). Kala hanya mengungkapkan posisi aksi, peristiwa, atau keadaan yang diungkapkan dalam aliran waktu. Sedangkan aspek lah yang mengungkapkan perpanjangan(ekstensi)-nya relatif terhadap aliran waktu.  

Dalam bahasa Inggris aspek Verba ditunjukkan dengan kombinasi penggunaan Bentuk Verba (present, past, atau participle (yakni -en/-d dan -ing)) dengan Verba Pembantu (misalnya: be, do, have, dll.). Sedangkan dalam bahasa Indonesia aspek Verba umumnya diungkapkan dengan penggunaan Adverbia di depan atau di belakang Verba (misalnya: sudah, pernah, akan, baru, terus, sedang, dll.)   

Adapun dalam bahasa Mongondow, aspek Verba atau aspek Ajektiva tertentu diungkapkan dengan: 
1. pemilihan imbuhan Verba/Ajektiva tertentu, dan seringkali 
2. diiringi dengan penggunaan Adverbia tertentu.
Pemilihan imbuhan menentukan bentuk dari Verba/Ajektiva yang dituturkan. Sedangkan penambahan Adverbia memperjelas aspek yang hendak diungkapkan.

Imbuhan Verba/Ajektiva umumnya berpasang tiga (trio) atau dua (duo) untuk masing-masing kategori trigger (picu) dan modalitas. Masing-masing dari trio atau duo imbuhan menyiratkan aspek inheren dari bentuk yang Verba/Ajektiva yang disusunnya. Aspek inheren tersebut ialah:
1. Aspek Imperfektif, terkandung pada imbuhan-imbuhan (yang saya namakan) Umon
2. Aspek Perfektif, terkandung pada imbuhan-imbuhan (yang saya namakan) Pinog
3. Aspek Imperatif, terkandung pada imbuhan-imbuhan (yang saya namakan) Pokon
Duo imbuhan biasanya hanya terdiri dari bentuk umon dan pinog.

Contohnya imbuhan Verba berpasang tiga: mo- / no- / po- untuk picu kalimat akusatif simpel, imbuhan Verba berpasang tiga: moko- / noko- / poko- untuk picu kalimat akusatif abilitatif. Contoh imbuhan Ajektiva berpasang tiga: mo- / no- / ko- untuk picu kalimat statif simpel, imbuhan Ajektiva berpasang dua: ko- / kino- untuk picu kalimat ergatif simpel. Imbuhan mo-, moko-, mo-, ko- tergolong imbuhan Umon yang inheren mengandung aspek Imperfektif, sedangkan imbuhan no-, noko-, no-, dan kino- tergolong imbuhan Pinog yang inheren mengandung aspek Perfektif, adapun imbuhan po-, poko-, dan ko- tergolong imbuhan Pokon yang inheren mengandung aspek Imperatif.
(jika Anda belum bisa mencerna makna dari istilah-istilah di paragraf ini, jangan khawatir, yang terpenting tangkap dulu konsepsi bahwa pemilihan imbuhan (di antara pasangan tiga/dua) untuk pembentukan Verba/Ajektiva menentukan aspek apa yang berlaku untuk Verba/Ajektiva tersebut). 

Aspek inheren yang diungkapkan dari Verba/Ajektiva yang berbentuk tertentu tersebut dapat dipertajam aspek yang ingin diungkapkan. Contoh:
monga'an "makan" mengandung aspek inheren Imperfektif. Bila ditambah Adverbia koyogot:
koyogot monga'an "sedang makan", aspeknya dipertajam menjadi aspek (imperfektif) kontinyu.
Contoh lagi:


Bentuk umon dan pinog, selain memiliki aspek inheren, juga dapat digunakan untuk mengimplikasikan kala inheren. Bentuk umon biasanya mengandung kala kini (present) atau kala datang (future), oleh karena itu monga'an dapat diartikan "akan makan", "hendak makan", atau "biasa makan", tergantung konteks pembicaraan dan Adverbia atau kategori kata lain di sekelilingnya. 
Bentuk pinog biasanya mengandung kala lampau (past) atau kala kini (present), maka nonga'an dapat diartikan "tadi makan", "dulu makan", "sudah makan", "baru saja makan", dll. 
Namun mungkin juga bentuk umon digunakan dengan mengungkapkan kala lampau dan bentuk pinog digunakan mengungkapkan kala datang. Semua tergantung konteks penggunaan.

1 komentar:

Singog pa kon na'a :)